Senin, 21 Desember 2009

ETNOGRAFI II

5. BAHASA
Deskripsi dari bahasa suku bangsa dalam karangan etnogra¬fi tentu tak perlu sama dalamnya seperti suatu deskripsi khusus yang dilakukan oleh seorang ahli bahasa tentang bahasa yang bersangkutan. Deskripsi mendalam oleh seorang ahli bahasa khusus mengenai susunan sistem fonetik, fonologi, sintaks dan semantik sesuatu bahasa akan menghasilkan suatu buku khusus, yaitu suatu buku tata bahasa tentang bahasa yang bersangkut¬an, sedangkan deskripsi mendalam mengenai kosakata suatu bahasa akan menghasilkan suatu daftar leksikografi, atau voca¬bulary, atau lebih mendalam lagi suatu kamus kecil ataupun besar.
Tentu bukan maksudnya seorang ahli antropologi akan terhambat dalam pekerjaan penulisan etnografinya, karna me¬nulis sebuah buku tata bahasa dan kamus dari bahasa suku bangsa yang bersangkutan terlebih dahulu, hal itu sebaiknya diserahkan kepada seorang ahli bahasa saja. Namur pengarang etnografi tadi harus berusaha mengumpulkan data tentang ciri¬-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa itu, luas batas penye¬barannya, variasi geografi, dan variasi .menurut lapisan sosial¬nya.
Menentukan luas batas, penyebaran suatu bahasa memang tidak mudah, dan hal ini disebabkan karena di daerah perbatasan antara daerah tempat tinggal dua suku bangsa hubungan antara individu warga masing-masing suku bangsa tadi seringkali sangat intensif sehingga ada proses saling pengaruh-mempengaruhi antara unsur-unsur bahasa dari kedua belch pihak. Perhatikan Baja betapa sukarnya untuk menentukan daerah batas antara bahasa Jawa dan Sunda. Bahasa di daerah perbatasan menjadi bahasa campuran, dan suatu terkecualian terhadap situasi semacam itu hanya ada kalau batas daerah antara tempat tinggal dua suku bangsa itu terpisah oleh laut, gunung yang tinggi, sungai yang lebar, atau batas-batas alam lain yang menghambat kontak antara manusia yang intensif
Kecuali itu bahasa dari suatu suku bangsa, terutama suatu suku bangsa yang besar, yang terdiri dari berjuta-juta penduduk, selalu menunjukan suatu variasi yang ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografi maupun oleh lapisan serta lingkungan sosial dalam masyarakat suku bangsa tadi. Dalam bahasa Jawa misalnya jelas ada perbedaan antara bahasa Jawa yang diucapkan oleh orang Jawa di Purwokerto, di daerah Tegal,di daerah Surakarta, atau di Surabaya. Perbedaan-perbedaan bahasa khusus seperti itu oleh para ahli bahasa disebut perbedaan logat atau dialek (dialect). Perbedaan bahasa Jawa yang ditentukan oleh lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat Jawa juga menyolok sekali. Bahasa Jawa yang dipakai oleh orang di desa atau yang dipakai dalam lapisan pegawai (priyayi), atau di dalam istana (kraton), para kepala swapradja di Jawa Tengah, jelas berbeda. Perbedaan bahasa menurut lapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan disebut tingkat sosial bahasa, atau social levels of speech. Walaupun tidak seekstrem seperti dalam bahasa Jawa, tetapi dalam banyak bahasa di dunia perbedaan bahasa menurut tingkat sosial itu sering ada.

6. SISTEM TEKNOLOGI
Dalam buku-buku etnografi yang ditulis oleh para ahli an¬tropologi dari zaman akhir abad ke-19 atau permulaan abad ke¬20, kita dapat melihat adanya suatu perhatian besar terhadap sistem teknologi dan sistem peralatan dari suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi.Waktu itu metode untuk menganalisa dan mendeskripsi suatu kebudayaan yang hidup sampai pada azas-azas pranata serta adat-istiadatnya belum begitu maju, maka meneliti kebudayaan suatu suku bangsa, para ahli antropologi terutama mencatat unsur-unsurnya yang paling menonjol tampak lahir saja, yaitu kebudayaan fisik. Dengan demikian buku-buku etnografi kuno itu mempunyai beberapa bab khusus mengenai bentuk serta cara membuat pakaian, bentuk rumah, bentuk serta pemakaian senjata bentuk serta berbagai cara membuat dan mempergu¬nakan alat transpor dan sebagainya.
Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan pisik yang dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil yang berpin¬dah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari perta¬nian, yaitu :
1) alat-alat produktif,
2) senjata,
3) wadah,
4) alat-alat menyalakan api,
5) makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan jamu-jamuan,
6) pakaian dan perhiasan,-
7) tempat berlindung dan perumahan,
8) alat-alat transpor.
Dalam deskripsi etnografi cukup apabila seorang ahli antro¬pologi membatasi dirinya kepada kedelapan unsur kebudayaan pisik itu saja. Kalau kita perhatikan definisi J.J. Honigmann, The World of Man (1959 : him. 290) bahwa teknologi itu menge¬nali segala tindakan baku dengan apa manusia meru¬bah alam, termasuk badannya sendiri atau badan orang lain. maka teknologi mengenai cara manusia membuat, memakai, dan memelihara seluruh peralatannya, bahkan mengenai cara manusia bertindak dalam keseluruhan hidupnya. mengenai teknologi tradisional pada hanya de¬lapan unsur kebudayaan fisik tersebut di atas, kita harus ingat bahwa teknologi muncul dalam cara-cara manusia melaksanakan mata pencaharian hidupnya dalam cara-cara ia mengorganisasi masyarakat, dalam cara-cara ia mengekspresikan rasa keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya.

KERANGKA TEKNOLOGI

Alat-Alat Produktif Dengan alat-alat produktif di sini dimaksud alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan mulai dari alat sederhana seperti batu tumbuk untuk menumbuk terigu, sampai yang agak kompleks seperti alat untuk mene¬nun kain. Kalau alat-alat semacam itu dikelaskan menurut macam bahan-bahan mentahnya, maka ada alat-alat batu, tu¬lang, kayu, bambu; dan logam. Selanjutnya dapat diperhatikan teknik pembuatan alat-alat itu menurut bahan mentahnya tadi. Teknik tradisional pembuatan alat batu telah banyak di-uraikan oleh para ahli prehistori, seperti misalnya oleh K.T. Oakley dalam bukunya Man the Toolmaker (1950). la menga¬takan bahwa pembuatan alat-alat batu dapat dikerjakan menurut empat teknik, yaitu : teknik pemukulan (percussion-flah¬ing), teknik penekanan (pressure flaking) teknik pemecahan (chipping), dan teknik penggilingan (grinding).
Senjata. Serupa dengan alat-alat produktif, senjata juga dapat dikelaskan : pertama menurut bahan mentahnya, kemu¬dian menurut teknik pembuatannya. Akhirnya aneka warna macam senjata tradisional yang mungkin ada dalam kebudayaan manusia dapat pula dikelaskan menurut fungsi dan lapangan pe¬makaiannya. Menurut fungsinya, ada senjata potong, senjata tu¬suk, senjata lempar, dan senjata penolak; sedangkan menurut lapangan pemakaiannya ada senjata untuk berburu serta me¬nangkap ikan, dan senjata untuk berkelahi dan berperang.
Wadah. Wadah, atau alat dan tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang, dalam bahasa Inggris disebut container. Berbagai macam wadah juga dapat diklaskan menu-rut bahan mentahnya, yaitu kayu, bambu, kulit kayo, tempu¬rung, serat-seratan, atau tanah liat. Pembuatan wadah dari serat-seratan seperti berbagai jenis keranjang, telah menarik perhatian banyak pengarang etnografi, terutama karena' banyak suku bangsa di berbagai tempat di du¬nia pernah mengembangkan berbagai cara menganyam keran¬jang yang kompleks dan' indah: Seorang sarjana antropologi Amerika, A. Mason, pernah menulis sebuah buku tentang ber-bagai teknik menganyam .yang dikenal oleh suku-suku bangsa Indian di Amerika Utara, berjudul Aboriginal American Bas¬ketry (1904)
Makanan. Makanan dapat juga kita anggap sebagai barang Yang dalam ilmu antropologi dapat dibicarakan dalam rangka pokok mengenai teknologi dan kebudayaan fisik. Makanan dapat dipandang dari sudut bahan mentahnya, yaitu sayur-ma¬yur dan daun-daunan, buah-buahan, akar-akaran, biji-bijian, daging, susu, dan hasil susu (dairy products), ikan dan sebagai¬nya.
Pakaian. Pakaian dalam arti seluas-luasnya juga merupakan suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir se¬mua suku bangsa di dunia. Dipandang dari sudut bahan mentah¬nya pakaian dapat diklaskan ke dalam : pakaian dari bahan te¬nun, pakaian dari kulit pohon, dan pakaian dari kulit binatang, dan lain-lain.
Ditinjau dari sudut fungsi dan pemakaiannya, pakaian itu dapat dibagi-bagi juga ke dalam paling sedikit empat golongan, yaitu :(i) pakaian semata-mata sebagai alat untuk menahan pengaruh dari sekitaran alam, (ii) pakaian sebagai lambang ke¬unggulan dan gengsi, (iii) pakaian sebagai lambang yang diang¬gap suci, dan (iv) pakaian sebagai perhiasan badan. Dalam suatu kebudayaan, pakaian atau unsur-unsur pakaian biasanya me¬ngandung suatu kombinasi dari dua fungsi tersebut di atas atau lebih.
Tempat Berlindung dan Perumahan. Aneka warna macam dan bentuk berlindung, tenda-tenda dan rumah-rumah dari beribu-ribu suku bangsa di" seluruh muka bumi dapat pula di¬golongkan menurut bahan mentahnya. Dengan demikian tempat berlindung, atau rumah, yang dibuat dari serat, jerami, kayu, dan bambu, didapati di semua benua di dunia rumah terbuat dari kulit pohon ada pada berbagai suku bangsa Indian di Amerika Utara; rumah dari tanah liat ada pada berbagai suku bangsa di dunia yang hidup di daerah-daerah yang kering se¬kali; tenda yang terbuat dari kulit binatang ada pada berbagai suku bangsa yang hidup dari peternakan atau berburu di daerah padang-padang rumput di Asia Barat daya, Asia Tengah, di Amerika Utara, tetapi juga di daerah-daerah utara seperti Sibe¬ria dan Kanada Utara (daerah Eskimo). Rumah dari batu juga lazim di berbagai tempat di dunia; terutama di daerah kota, tetapi juga di daerah pedesaan. Rumah dari bahan-bahan yang aneh seperti salju keras misalnya, terdapat hanya pada orang Eskimo di daerah Kanada Utara bagian tengah, dan di daerah Greenland Utara.
Dipandang dari sudut pemakaiannya, tempat berlindung dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu (i) tadah angin (ii) tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas, dibawa pindah, dan didirikan lagi; dan (iii) rumah untuk menetap. Dipandang dari sudut fungsi sosialnya, berbagai macam rumah yang ter¬sebut terakhir dapat dibagi ke dalam (i) rumah tempat tinggal keluarga kecil, (ii) rumah tempat tinggal keluarga besar, (iii) rumah suci, (iv) rumah pemujaan, (v) rumah tempat berkumpul umum, (vi) rumah pertahanan.

Alat-alat Transpor. Manusia selalu bersifat mobil, tidak hanya dalam zaman mobil, kereta api, dan jet sekarang ini, teta¬pi juga dalam zaman prehistori, ketika semua manusia di dunia masih hidup dari berburu. Dengan demikian sejak zaman pre¬histori dahulu, dalam tiap kebudayaan manusia itu ada alat¬alat transpor. Alat-alat transpor dalam kebudayaan manusia agak sukar dikelaskan menurut bahan mentahnya, tetapi lebih praktis untuk membicarakannya langsung menurut fungsinya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat transpor yang terpenting adalah (i) sepatu, (ii) binatang, (iii) alat Beret, (iv) kereta beroda, .(v) rakit, dan (vi) perahu.
Sepatu memang dapat dianggap sebagai suatu unsur pa¬kaian, tetapi fungsinya yang tertua rupa-rupanya adalah seba¬gai alat untuk melindungi -telapak kaki bila manusia harus berjalan di tanah yang sukar dilalui, maka sepatu pada dasar¬nya merupakan suatu alat transpor. Semua bentuk sepatu di dunia berdasarkan atas dua prinsip, yaitu prinsip moccasin dan prinsip sandal. Pada moccasin kaki seolah-oleh dibungkus, dan pada sandal kaki hanya diberi telapak. Prinsip moccasin terdapat di antara suku-suku bangsa di Siberia Utara dan di Amerika Utara, sedangkan sandal terdapat di antara suku-suku bangsa di Eropa, Asia, Amerika Tengah dan Selatan. Banyak suku bangsa di Afrika Timur, dan Selatan dan di Asia Tenggara tidak mengenal sepatu sama sekali. Sepatu modern yang di¬pakai orang zaman sekarang merupakan suatu kombinasi dari kedua prinsip itu. Mulai dahulu kulit binatang merupakan ba¬han mentah yang penting untuk sepatu.
Semacam sepatu yang sangat penting di daerah utara, di mana banyak terdapat salju (Siberia Utara dan Kanada Utara), adalah sepatu salju (snowshoe), yaitu alat yang menjaga agar orang yang berjalan di salju, tidak terperosok ke'dalam salju. Prinsip sepatu salju tidak lain dari suatu sandal dengan bi¬dang telapak yang dilebarkan sehingga berat tubuh dipikul oleh suatu bidang yang lebih lebar. Berbagai suku bangsa di daerah Siberia Utara dan Kanada Utara mempunyai bermacam¬-macam bentuk sepatu salju besar dan kecil, bulat dan lonjong,tetapi biasanya sepatu salju merupakan suatu rangkaian terbuat dari dahan kayu, dengan bidangnya yang diisi dengan suatu jaringan.
Sejak lama manusia telah mempergunakan juga binatang sebagai alat transpor dengan cara memuati binatang itu dengan barang atau dengan cara mengendarainya sendiri. Binatang pe-liharaan yang paling tua dipakai untuk maksud itu rupa-rupanya adalah onta. dan kuda. Kecuali itu manusia juga memakai ber¬bagai binatang lain seperti sapi, banteng, kerbau, keledai dan gajah,

Seekor binatang pada umumnya dapat membawa lebih banyak barang dengan cara menghela daripada dengan cara memuat barang itu di atas punggungnya. Karena itu dalam banyak kebudayaan suku bangsa kita lihat adanya alat-alat yang dapat dimuat dengan barang untuk dihela oleh binatang. Dengan alat itu tentu dimaksudkan kereta; tetapi dasar dari kereta adalah suatu alat lain yang prinsipnya agak kompleks, yaitu roda. Banyak suku bangsa di dunia tidak mengenal roda, tidak pernah menemukannya, dan tidak pernah mendapat ke¬sempatan untuk meniru pembuatannya dari suku bangsa lain. Pada suku bangsa serupa itu ada alat lain untuk memuat barang, yaitu travois, dan alat seret (sledge). Travois adalah suatu alat yang dipakai oleh berbagai suku bangsa. Indian di daerah steppa di Amerika Utara yang tidak mengenal kereta beroda. Alat itu terdiri dari suatu rangka yang berbentuk seperti suatu brancard di rumah sakit, tetapi menyempit pada satu bagian ujungnya. Bagian inilah yang diikatkan kepada binatang penghelanya, sedangkan sisanya terseret di tanah. Barang-barang dimuat di atas rangka itu. Suku-suku bangsa Indian memakai anjing seba¬gai binatang penghela travois, dan kemudian juga. kuda.

7. SISTEM MATA PENCARIAN
Sistem Mata Pencarian Tradisional. Perhatian para ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencarian atau sistem ekonomi hanya terbatas kepada sistem-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama dalam rangka perhatian mere¬ka terhadap kebudayaan sesuatu suku bangsa secara holistik. Berbagai sistem tersebut adalah : (i) berburu dan meramu; (ii) beternak; (iii) bercocok tanam di ladang (iv) menangkap ikan; dan (v) bercocok tanam 'menetap dengan irigasi.


Memburu dan Meramu. Mata pencaharian ber¬buru dan meramu, atau hunting and gathering merupakan suatu mata pencarian mahluk manusia yang paling tua, tetapi pada masa sekarang sebagian besar umat manusia telah beralih ke mata pencarian lain, sehingga hanya kurang-lebih setengah juta dari 3.000 juta penduduk dunia sekarang, atau kira-kira 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Kecuali itu, suku¬-suku bangsa yang berburu tinggal terdesak di daerah-daerah di muka bumi yang paling tidak menguntungkan bagi kehidup¬an manusia yang layak, yaitu daerah pantai di dekat kutub yang terlampau dingin, atau daerah gurun yang terlampau leering.
Beternak. Beternak secara tradisional, atau pastoralism, sebagai suatu mata pencaharian pokok yang dikerjakan dengan cara besar-besaran, pada mass sekarang dilakukan oleh kurang¬lebih tujuh juta manusia, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3.000 juta penduduk dunia. sepanjang sejarah sampai sekarang suku-suku bangsa peternak di dunia biasanya hidup di daerah-daerah gu¬run, sabana, atau stepa. Kira-kira lima juta orang peternak dari berbagai suku bangsa hidup di daerah-daerah stepa dan sabana di Asia Tengah, memelihara domba, kambing, unta dan kuda. Kurang dari satu juta lagi hidup di daeah-daerah gurun, stepa, dan sabana di Asia Baratdaya, : dari memelihara domba, kam¬bing, unta atau kuda juga. Hanya beberapa ratus ribu peternak saja hidup di daerah stepa di Siberia dari memelihara domba dan kuda, sedangkan sejuta lainnya tersebar di daerah-daerah gurun dan stepa di Afrika Utara, dan memelihara unta dan kuda, atau di daerah-daerah sabana dan stepa di Afrika Timur dan Selatan yang memelihara sapi.
Bercocok Tanam diLadang Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti dengan bercocok tanam mene¬tap. Bercocok tanam di ladang sebagian besar dilakukan di daerah-daerah rimba tropik, yaitu terutama di Asia Tenggara dan Kepulauan Asia Tenggara, di daerah Sungai Konggo di Afri¬ka, dan di daerah Sungai Amazone di Amerika Selatan.
Cara orang melakukan bercocok tanam di ladang adalah dengan membuka sebidang tanah dengan memotong belukar, dan menebang pohon-pohon, kemudian dahan-dahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelah kering. ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian itu kemudian ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi. Sesudah dua atau tigakah memungut hasilnya tanah yang sudah kehilangan kesuburannya itu ditinggalkan. Sebuah ladang baru dibuka dengan cara yang sama, yaitu dengan menebang dan membakar pohon-pohonnya.Setelah 10 hingga 12 tahun, mereka akan kembali lagi ke ladang yang pertama, yang semen¬tara itu sudah tertutup dengan hutan kembali.
Menangkap Ikan. Di samping berburu dan meramu, me¬nangkap ikan juga merupakanmata pencaharian yang sangat tua. Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat su¬ngai, danau, atau laut, telah mempergunakan sumber alam yang penting itu untuk keperluan hidupnya. Waktu manusia menge nal bercocok tanam, maka menangkap ikan sering dilakukan se¬bagai mata pencarian tambahan. Sebaliknya, masyarakat nela¬yan yang menangkap ikan sebagai mata pencaharian hidupnya yang utama, di samping itu juga bertani clan berkebun.
Para nelayan yang menangkap ikan di laut biasanya berla¬yar dekat pantai, terutama di daerah-daerah teluk. Menurut para ahli, lebih dari 50% dari ikan di seluruh dunia memang hidup dalam kawanan yang meliputi jumlah beribu-ribu ekor, dengan jarak antara 10 hingga 30 Km dari pantai. Pada musim-musim tertentu kawanan ikan tadi malahan lebih mendekat lagi, dan masuk ke dalam teluk-teluk untuk mencari air tenang dan untuk bertelur.

Soal sumber alam dan modal dalam usaha mencari ikan menyangkut hal-hal seperti hak ulayat terhadap daerah-daerah tertentu dalam sungai, danau, atau pantai di mana terdapat banyak ikan, binatang kerang, atau binatang air lainnya. Di samping itu ada juga soal yang menyangkut misalnya hak atas tempat berlabuh perahu yang tertentu dan sebagainya. Hal yang terpenting dalam soal modal adalah hak milik atas alat-alat menangkap ikan, jerat, jala dan sebagainya, dan sudah tentu soal hak milik atas perahu dan alat-alat berlayar.
Soal tenaga kerja menyangkut hal-hal seperti usaha gotong¬royong dan cara-cara mengerahkan tenaga untuk menangkap ikan bersama-sama, cara-cara untuk mengerahkan awak kapal nelayan dan sebagainya. Kecuali itu soal tenaga kerja juga me¬nyangkut soal upah, soal bagi basil dan sebagainya.
Soal teknologi produksi menyangkut banyak hal, karena kecuali memperhatikan cara-cara menangkap ikan, cara meme¬lihara alat-alat perikanan, juga mengenai cara membuat serta memelihara perahu dan cara berlayar Berta mengemudikan pe¬rahu. Dalam soal teknologi juga tersmgkut segala upacara ilmu gaib untuk menangkap ikan, clan segala macam ilmu dukun dan ilmu sihir untuk keselamatan berlayar di laut.
Soal distribusi dan pemasaran juga menyangkut hal-hal yang ada hubungannya dengan cara pengawetan ikan dan organisasi penjualait serta distribusi kepada tengkulak atau di pasar-pasar ikan.
Bercocok Tanam Menetap Dengan Irigasi. Bercocok ta¬nam menetap pertama-tama timbul beberapa daerah di dunia yang terletak di daerah 'perairan sungai-sungai besar, yang karena itu sangat subur tanahnya. Daerah-daerah itu ada¬lah misalnya daerah perairan Sungai Nil atau daerah Sungai Tigris clan Eufrat di daerah-daerah yang sekarang menjadi wi¬layah Irak.
8. ORGANISASI SOSIAL
Unsur-Unsur Khusus Dalam Organisasi Sosial. Dalam tiap masyarakat kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat-istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan mana ia hidup dan bergaul hari ke hari, kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang dekat, dan kaum kerabat yang lain. Kemudian ada kesatuan-kesatuan di luar kaum kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas. Karena tiap masyarakat manusia, dan juga masyarakat desa, terbagi-bagi ke dalam lapisan-lapisan, maka tiap orang di luar kaum kerabatnya menghadapi lingkungan orang-orang yang lebih tinggi dari padanya. tetapi juga orang-orang yang sama tingkatnya. Di. antara golongan terakhir ini ada orang-orang yang dekat padanya dan ada pula orang-orang yang jauh pada¬nya.
Sistem Kekerabatan. Dalam masyarakat di mana pengaruh" industrialisasi sudah masuk mendalam, tampak bahwa fungsi kesatuan kekerabatan yang sebelumnya penting dalam banyak sektor kehidupan seseorang, biasanya mulai berkurang, dan ber¬samaan dengan itu adat-istiadat yang mengatur kehidupan ke¬kerabatan sebagai kesatuan mulai mengendor. Namun masih banyak sekali masyarakat di dunia, yaitu Afrika, Asia, Osea¬nia, dan Amerika Latin, yang berdasarkan kan pertanian dengan sua¬tu kebudayaan agraris. Dalam rangka kebudayaan seperti itu hubungan kekerabatan dalam kehidupan masyarakat biasanya masing-masing sangat penting.
9. SISTEM PENGETAHUAN
Perhatian Antropologi Terhadap Pengetahuan. Dalam sua¬tu etnografi biasanya ada berbagai bahan keterangan me¬ngenai sistem pengetahuan dalam kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan. Bahan itu biasanya yang meliputi pengetahuan mengenai teknologi, seringkali juga ada keterangan mengenai pengetahuan yang menyolok dan yang dianggap aneh oleh pengarangnya, seperti kepandaian suku-suku bangsa Negrito di daerah Sungai Konggo di Afrika Tengah untuk mengolah dan memasak bisa panah yang "mujarab", pengetahuan mengenai obat-obatan asli dari suku-suku bangsa penduduk Sumatra Ba¬rat, atau pengetahuan dan teknologi suku-suku bangsa pen-duduk Polinesia dan Mikronesia mengenai pembangunan perahu dan mengenai kepandaian berlayar dengan seluruh sistem navigasinya. Malahan mengenai pengetahuan yang menyolok serupa itu telah ditulis berbagai karangan khusus. Walaupun demikian, bahan itu seringkali kurang menjadi obyek analisa para ahli antropologi; dalam kalangan ilmu antropologi bahan itu hanya merupakan bahan istimewa saja.
Perhatian yang sangat kurang itu mungkin disebabkan ka¬rena antara para ahli di Eropa dulu ada suatu pendirian bahwa dalam kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa tidak ada sistem pengetahuan, dan kalaupun ada, maka hal itu tidak pen¬ting, atau merupakan terkecualian atau suatu keadaan istimewa. Malahan pernah ada suatu masa ketika para ahli bangsa Ero¬pa mencoba membuktikan dengan memakai metode-metode i1miali bahwa manusia yang hidup dalam masyarakat yang ber¬ada di luar lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa itu, yaitu masyarakat primitif, tidak mungkin dapat memiliki sis¬tem pengetahuan dan ih-nu pengetahuan. Seorang ahli filsafat, bernama L. Levy-Bruhl, misalnya, menulis sebuah buku berjudul Les Fonctions Mentales daps les Socie'tes-Inferieures (1910). Di dalamnya ia menerangkan dengan mengambil bahan bukti dari mitologi, ilmu gaib, ilmu dukun, dari kebudayaan¬-kebudayaan berbagai suku bangsa di luar Eropa, bahwa dasar¬dasar cara berpikir manusia yang hidup dalam kebudayaan atau masyarakat rendah (inferieur) serupa itu samasekali berbeda dengan dasar-dasar cara berpikir dalam masyarakat Eropa dan Amerika; maka karena cara berpikir yang berbeda itu maka orang dalam masyarakat yang rendah tidak dapat mempunyai ilmu pengetahuan seperti dalam dunia modern.
Demikian juga ada seorang ahli psikologi bernama H. Werner, yang menulis sebuah karangan mengenai ilmu psikologi, ber¬judul EinlVhrung in der Entwicklungspsychologie (1926). Di dalamnya diterangkan bahwa alam pikiran bangsa-bangsa primitif (Naturvoelker) mengundang banyak ciri-ciri yang sama dengan alam pikiran anak-anak, Berta alam pikiran pen¬derita penyakit jiwa (Geisteskranker) dalam masyarakat bang¬sa-bangsa Eropa. Walaupun banyak pula mendapat kritik, tetapi pengaruh pandangan orang seperti Levy-Bruhl dan Werner itu sangat besar dalam dunia ilmu pengetahuan di Eropa pada waktu sebelum Perang Dunia II. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu sebab dari kurang adanya per¬hatian dari sudut ilmu antropologi terhadap unsur pengetahu an dalam masyarakat suku-suku bangsa di luar lingkungan kebudayaan Eropea
Sekarang para ahli antropologi sudah sadar bahwa pendiri¬an seperti terurai di atas itu tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka sekarang sudah yakin bahwa suatu masyarakat, betapa kecil pun, tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat dari peralatan yang dipakainya. Berbeda dengan binatang, manusia memang tidak banyak dipimpin oleh nalurinya dalam hidupnya.
sistem Pengetahuan. Uraian mengenai pokok-pokok khusus Yang merupakan isi dari sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan, akan merupakan suatu uraian tentang, cabang-cabang pengetahuan. Cabang-cabang itu sebaiknya dibagi berdasarkan pokok perhatiannya. Dengan demikian tiap suku bangsa di dunia biasanya mempunyai pengetahuan tentang:
1. alam sekitarnya;
2. alam flora di daerah tempat tinggalnya;
3. alam fauna di derah tempat tinggalnya;
4. zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam ling¬kungannya;
5. tubuh manusia;
6. sifat-sifat dan tingkah-laku sesama manusia; dan
7. ruang dan waktu.
Pengetahuan tentang alam sekitarnya adalah misalnya pengetahuan tentang musim-musim, tentang sifat-sifat gejala-¬gejala alam, tentang bintang-bintang dan sebagainya.Penge¬tahuan mengenai soal-soal tersebut biasanya berasal dari keper¬luan praktis untuk berburu, bertani, berlayar menyeberangi laut dari suatu pulau ke pulau lain (seperti pada suku-suku bangsa penduduk Kepulauan Oseania). Pengetahuan tentang alam ini seringkali mendekati lapangan religi bilamana pengetahuan ini bersangkutan dengan soal asal-mula alam, penciptaan alam, asal-mula gejala-gejala, asal-mula gerhana dan sebagainya. Pengetahuan ini seringkali berupa dongeng-dongeng yang di¬anggap suci. Dongeng-dongeng mengenai penciptaan alam da¬lam suatu kesusasteraan sering disebut kosmogoni, dan seluruh himpunan dongeng suci (mite) dalam ilmu antropologi dan juga filologi, penelitian folklor , sejarah kesusasteraan dan sebagainya, disebut mitologi.

10. SISTEM RELIGI
Sejak lama, ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan tulisan mengenai adat-istiadat yang aneh-aneh dari suku-suku bangsa di luar Eropa, religi telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan-tulisan etnografi mengenai suku-suku bangsa itu. Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu, yaitu:
1. upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling lahir;
2. bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlu¬kan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi.
Unsur-unsur Khusus Dalam Rangka Sistem Religi. Dalam rangka pokok antropologi tentang religi, sebaiknya juga di bicarakan sistem ilmu gaib sehingga pokok itu dapat dibagi menjadi dua pokok khusus, yaitu (1) sistem religi dan (2) sistem ilmu gaib.
Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan, atau religious emotion. Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi. Mengenai masalah apakah emosi itu, tidak akan kita persoalkan lebih lanjut dalam buku ini. Pokoknya, emosi keagamaan menyebabkan bahwa sesuatu benda, suatu tindakan, atau suatu gagasan, mendapat suatu nilai keramat, atau sacred value, dan dianggap keramat. Demikian juga benda¬benda, tindakan-tindakan, atau gagasan-gagasan yang biasanya tidak keramat, yang biasanya profane, tetapi apabila dihadapi oleh manusia yang dihinggapi oleh emosi keagamaan, sehingga ia seolah-olah terpesona, maka benda-benda, tindakan-tindakan, dan gagasan-gagasan tadi menjadi keramat. kebudayaan selalu mempu¬nyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi ke¬agamaan itu di antara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain. yaitu (i) sistem keyakinan; (ii) sistem upacara keagamaan; (iii) suatu umat yang menganut religi itu.
11. KESENIAN
Perhatian terhadap kesenian, atau segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa, mula-mula bersifat deskriptif. Para pengarang etnografi masa akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 dalam karangan-karangan mereka seringkali memuat suatu deskripsi mengenai benda¬benda hasil seni, seni rupa, terutama seni patung, seni ukir, atau seni hias, pada benda alat-alat sehari-hari. Deskripsi¬ itu terutama memperhatikan bentuk, teknik pem¬buatan, motif perhiasan, dan gagasan dari benda-benda kesenian tadi. Kecuali benda hasil seni rupa, lapangan kesenian lain yang juga sering mendapat tempat dalam sebuah karangan etnografi adalah seni musik, seni tari, dan drama. Bahkan mengenai seni musik acapkah hanya terbatas kepada deskripsi mengenai alat bunyi-bunyian; bahan mengenai seni tari biasanya hanya meng¬uraikan jalannya suatu tarian, tetapi jarang suatu keterangan koreografi tentang gerak-gerak tarinya sendiri; sedangkan bahan seni drama sering juga terbatas hanya kepada urai¬an mengenai dongengnya saja, atau karena seni drama pada banyak suku bangsa di dunia ada hubungannya dengan religi, maka seni drama sering juga dibicarakan dengan upacara-upa¬cara keagamaan tentang religi.
Lapangan-Lapangan Khusus Dalam Kesenian. Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu: (1) seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh, manusia dengan mata, dan (2) seni suara, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga.
Dalam lapangan seni rupa ada seni patung, seni relief (ter¬masuk seni ukir), seni lukis serta gambar, dan seni rias. Seni musik ada yang vokal I.menyanvi) dan ada yang instrumental ( dengan alat bunyi-bunyian). Dan seni sastra lebih khusus terdiri dari prosa dan puisi, suatu lapangan kesenian yang meliputi kedua bagian tersebut diatas adalah seni gerak. atau seni tari, karena kesenian ini dapat dinikmati dengan mata maupun telinga. Akhirnya ada suatu lapangan kesenian yang meliputi keseluruhannya, yaitu seni drama, karena lapangan kesenian ini mengandung unsur-unsur dari seni lukis, seni rias, seni musik, seni sastra dan seni tari, yang semua diintegrasikan menjadi satu kebulatan. Seni drama bisa bersifat tradisional, seperti wayang Jawa atau bisa bersifat modern dengan teknologi modern, ialah seni film.

Rabu, 23 September 2009

Pengantar Ilmu Politik, hub Ilmu Politik dengan ilmu lainnya

HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA

1. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN SEJARAH

Dalam ilmu politik, sejarah merupakan alat yang paling penting karena menyumbangkan bahan yaitu data dan fakta dari masa lampau untuk diolah lebih lanjut. Bahan mentah yang disajikan oleh sejarah, oleh ilmu politik dipakai untuk menemukan pola-pola ulangan yang dapat membantu menentukan proyeksi masa depan.

2.HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN FILSAFAT

Ilmu lain yang erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta dan kehidupan manusia.

Ilmu politik sangat erat dengan filsafat, terutama filsafat politik yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan value dari Negara, karena Negara dan manusia di dalamnya dianggap sebagai bagian dari alam semesta.

3. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN SOSIOLOGI

Ilmu sosiologi membantu ilmu politik dalam usaha memehami latar belakang susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Dengan pengertian ini, ilmu politik dapat mengetahui sampai dimana susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi atau di pengaruhi oleh misalnya: keputusan kebijakan, corak dan sifat keabsahan politik, sumber-sumber kewenangan politik, pengendalian sosial dan perubahan sosial, dalam artian Sosiologi memberikan analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh.

4.HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ANTROPOLOGI

Antropologi menyumbangkan pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagai satuan sosial budaya yang lebih kecil dan sederhana. Antropologi sangat berpengaruh dalam bidang metodologi penelitian ilmu politik, metode yang berguna dan sering dipakai dalam penelitian ilmu politik ialah metode peserta pengamat, dengan metode ini, ilmu politik dapat meneliti gejala-gejala kehidupan sosial dari dalam masyarakat yang menjadi objek penelitiannya.

5. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU EKONOMI

Ilmu ekonomi berorientasi kuat terhadap kebijakan yang rasional, khususnya penentuan hubungan antara tujuan dan cara mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ilmu ekonomi sangat berpengaruh luas pada ilmu politik seperti misalnya pengertian pembangunan ekonomi yang telah mempengaruhi pengertian pembangunan politik, dimana kerjasam antara ilmu politik dengan ilmu ekonomi sangat dibutuhkan untuk menganalisis siasat-siasat pembangunan nasional.

6. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia unutk berperan dalam ikatan kelompok sosial, bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan perorangan.

Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi extern (lingkungan sosial, fisik, peristiwa-peristiwa dan gerakan massa) maupun dari segi intern (kesehatan fisik perorangan, semangat dan emosi), dengan menggunakan kedua macam analisis ini, ilmu politik dapat menganalisis secara lebih mendalam makna dan perang orang terkuat, kondisi sosial, ekonomi dan ciri-ciri kepribadian yang memungkinkannya memainkan peran besar itu.

7. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU HUKUM

Ilmu hukum dengan ilmu politik juga sangat erat hubungannya, terutama di Negara-negara benua Eropa karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan salah satu kewajiban Negara yang penting. Ilmu hukum juga menopang Negara atau ilmu politik yaitu hukum tata Negara dan ilmu Negara.

8. HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU BUMI

Faktor-faktor yang berdasarkan geografi seperti pembatasan strategis, desakan penduduk, daerah pengaruh mempengaruhi politik. Geografi atau ilmu bumi juga mempengaruhi karakter dan kehidupan nasional dari rakyat dan oleh karena itu ilmu bumi atau geografi harus diperhitungkan dalam menyajikan politik luar negeri dan politik sosial

Rabu, 16 September 2009

Kartu Pulsa

PROPOSAL BISNIS
(Pertama Di Dunia)
copy paste link di bawah ini untuk info selanjutnya
www.kartupulsa.com/?ref=1994816430&p=1


PENDAHULUAN
Pernahkah anda mendambakan pensiun kaya lebih cepat atau tidak kerja bisa mendapatkan uang (uang pension) atau punya usaha yang benar-benar bisa diwariskan ?
Bila selama ini anda hanya menemukan hal tersebut sebatas omong kosong dan janji-janji, maka selama 15 menit ke depan anda anda akan melihat sebuah kesempatan nyata dimana anda bisa :

1. Tidak kerja bisa mendapatkan passive income (uang pensiun) setiap bulan.

2. Bila mau kerja maka dapat income yang luar biasa.

3. Bisa punya usaha yang produk tidak bisa surut.

4. Bisa punya usaha yang bisa diwariskan karena produknya tidak bisa kadaluwarsa
dan (yang pasti) bukan MLM atau money game.

Semua kesempatan emas tersebut telah dikemas dalam sistem bisnis Kartupulsa.
Kartupulsa adalah sistem bisnis yang memungkinkan member-nya melakukan one-stop payment (pembayaran satu pintu) untuk segala kebutuhan transaksi bisnis sehari-hari melalui Internet maupun SMS. Kartupulsa merupakan bisnis Personal Franchise (Waralaba Perseorangan) dengan modal hanya Rp 200.000 per hak usaha bisa menjadikan member memiliki usaha mandiri dengan potensi penghasilan yang besar untuk jangka pendek dan panjang.

Produk kartupulsa adalah sebuah teknologi yang bisa mengubah ponsel anda menjadi mesin ATM pribadi sehingga dengan ponsel anda tersebut anda bisa melakukan transaksi apapun seperti layaknya di ATM.
Bergabung dengan Kartupulsa memungkinkan ponsel anda menjadi mesin ATM pribadi karena anda akan mendapat fasilitas pengaktifan ponsel anda untuk bisa transaksi pembayaran listrik/telepon/KK,angsuran, pembelian tiket pesawat/KA, booking hotel, transfer, dll layaknya transaksi di mesin ATM.
Bila selama ini anda membayar segala sesuatu harus antri dan merepotkan, sebagai member Kartupulsa kini anda bisa melakukan transaksi yang sama semudah dan secepat sms atau klik mouse dimanapun dan kapanpun. Bila bertransaksi di tempat lain anda tidak mendapatkan keuntungan finansial apapun, maka dengan bertransaksi di Bankpulsa anda akan mendapatkan profit sharing transaksi Bankpulsa secara nasional.
Dalam rangka menyebarluaskan teknologi ini maka perusahaan membuka kesempatan kepada masyarakat luas (Initial Public Offering =IPO) untuk berpartisipasi dalam mengembangkan bisnis dan teknologi ini sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Partisipasi anda bisa berbentuk :

- Menjadi mitra dengan membeli sejumlah hak usaha (ibarat saham) dimana akan mendapatkan deviden (bagi hasil) dari keuntungan perusahaan setiap bulan.

- Dan bila ada waktu luang bisa membantu menyebarluaskan informasi ini maka anda akan mendapatkan reward dan sejumlah penghasilan lain.

Keuntungan Member/Mitra :

- Hak Usaha Personal Franchise selamanya dan bisa diwariskan.

- Bisa langsung mendapat Passive Income setiap bulan yaitu dengan cara menjadi Silver Member (SM) atau Gold Member (GM).

- Menikmati fasilitas pembayaran Listrik/Telepon/KK/dll via ponsel dan Internet..

- Pembelian/belanja dengan harga discount (atau layanan khusus) di merchant Bankpulsa.

- Virtual Office (Web Replika) dan pengaktifan ponsel untuk transaksi dan mengontrol bisnis.

- Kesempatan buka bisnis online dan menjadi partner bisnis Bankpulsa.

www.kartupulsa.com/?ref=1994816430&p=1

Jumat, 24 April 2009

Hari pertama

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hari ini, Jum'at Tangal 24 April 2009 jam 15.00 wita kurang lebih
saya baru mulai membuat blog, tapi masih bingung, mengolahnya gimana,
bantuin yach
Wassalam