Selasa, 03 April 2012

Analisis Kwik Kian Gie Soal BBM

Kwik kian gie (jibiphoto)
Ekonom yang juga mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional di era Megawati, Kwik Kian Gie membuat panas “telinga” pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM dengan analisisnya. Tak ayal, analisis dari ekonom kelahiran Pati Jawa Tengah ini menuai beragam respon dari para politikus sampai orang-orang di pemerintahan.

Bagaimana sebenarnya penjabaran dari analisisnya tersebut. Berikut perhitungan (dengan nilai mata uang di level Rp9.000 per dolar AS) yang disampaikan Kwik Kian Gie dalam acara Round Table Discussion di Universitas Taman Siswa di Yogyakarta sekitar seminggu yang lalu.
Indonesia menghasilkan 930.000 barel/hari (1 Barel = 159 Liter). Harga minyak mentah US$105/Barel.
Biaya Lifting+Refining+Transporting (LRT), dengan biaya US$10 per Barel = (10/159) x Rp9.000 = Rp566 per Liter.
Biaya LRT untuk 63 miliar Liter (konsumsi BBM di Indonesia) x Rp566 = Rp35,658 trilun.
Lifting 930.000 Barel per hari, atau 930.000 x 365 = 339,450 juta Barel per tahun.
Hak Indonesia adalah 70%, yaitu 237,615 juta Barel per tahun. Konsumsi BBM di Indonesia sebesar 63 miliar liter per tahun, atau dibagi dengan 159 = 396,226 juta barel per tahun.
Pertamina memperoleh dari konsumen sebesar 63 miliar Liter x Rp.4500 = Rp283,5 triliun.
Pertamina membeli dari pemerintah = 237,615 juta barel @US$105 x Rp9.000 = Rp224,546 triliun.
Kekurangan yang harus diimpor = konsumsi BBM di Indonesia – Pembelian Pertamina ke pemerintah = 158,611 juta Barel, dengan biaya 158,611 juta Barel @US$ 105 x Rp9.000 = Rp149,887 triliun.
Dari perhitungan tersebut, Kwik Kian Gie membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 miliar liter dengan harga RP4.500 yang hasilnya Rp283,5 triliun.
2. Pertamina harus impor dari pasar internasional Rp149,887 triliun
3. Pertamina membeli dari pemerintah Rp224,546 triliun
4. Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 miliar liter @Rp566 = Rp35,658 triliun
5. Jumlah pengeluaran Pertamina Rp410,091 triliun
6. Pertamina kekurangan uang, maka pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini disebut “subsidi”
7. Kekurangan yang dibayar pemerintah (subsidi) = jumlah pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia = Rp410,091 triliun – Rp283,5 triliun = Rp126,591 triliun
8. Tapi ingat, pemerintah juga memeroleh hasil penjualan kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp224,546 triliun.
9. kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu sebesar perolehan hasil penjualan ke Pertamina – kekurangan yang dibayar pemerintah (subsidi) = Rp225,546 triliun – Rp126,591 triliun = Rp97,955 triliun.
Hal inilah yang disebut Kwik Kian Gie tidak pernah disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat melalui media massa. (m03/fsi)
Sumber:http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/analisis-kwik-kian-gie-soal-bbm-bikin-gerah-pemerintah-2